Wartasaburai.com – Orang tua mempertimbangkan faktor usia saat mendaftarkan anak ke TK, yang merupakan pendidikan anak usia dini formal.
Kurikulum TK menekankan stimulasi perkembangan fisik dan mental.
Pada 2025, pendaftaran TK dilakukan lewat Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 3 Tahun 2025.
Dihimpun dari laman JDIH Kemedikdasmen, Jumat (25/4/2025), syarat usia anak untuk masuk TK harus sesuai dengan ketentuan.
Berikut syarat usia anak masuk TK:
- TK A: paling rendah 4 tahun dan paling tinggi 5 tahun
- TK B: paling rendah 5 tahun dan paling tinggi 6 tahun
Sementara itu, seleksi SPMB 2025 untuk jenjang TK tidak berdasarkan jalur masuk seperti domisili, prestasi, dan lainnya.
Adapun umumnya anak-anak membutuhkan waktu satu minggu untuk menyesuaikan diri ketika awal masuk TK.
Setelah itu, biasanya mereka dapat menjalani sekolah dengan tenang serta belajar dan bekerja sama dengan teman-temannya.
Jika anak belum mampu membaur dan hanya menjadi penonton teman-temannya ataupun tidak bisa bekerja sama setelah lebih dari dua minggu, sebaiknya segera konsultasi dengan sekolah dan psikolog.
Orang tua bisa mendeteksi kematangan anak setelah mengikuti kegiatan sekolah melalui perubahan perilakunya.
Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Panduan Deteksi Kematangan Anak di TK yang dikeluarkan Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kalimantan Selatan Tahun 2017.
Berikut perilaku-perilakunya:
Cara mendeteksi: kalau berjalan di titian, ia tidak jatuh karena sudah lebih bisa mengontrol keseimbangan dirinya.
Cara mendeteksi: ketika ia menulis atau menggambar sesuatu, perhatikan tahapan bagaimana anak memegang alat tulis.
Cara mendeteksi: anak dapat mengoordinasikan mata dan tangannya, contohnya bisa mengancingkan baju sendiri, menyusun balok-balok, atau memasukkan balok sesuai dengan bentuknya.
Cara mendeteksi: gambaran yang tadinya hanya garis-garis tidak beraturan sudah dapat dibuat dalam bentuk tertentu seperti orang, rumah, mobil, roda, bunga, dan lainnya.
Cara mendeteksi: mau menyapa orang lain, tidak nempel di orang tua saat bertemu dengan orang baru
Cara mendeteksi: contohnya anak bisa makan sendiri, setelah bermain membereskan mainan sendiri, dan bisa mandi sendiri meskipun belum bersih betul.
Cara mendeteksi: koordinasi mata dan tangan sudah lebih baik memusatkan perhatiannya pada suatu hal sehingga dalam mengerjakan sesuatu anak terlihat lebih tekun.
Cara mendeteksi: waktu bermain balok-balok, anak bisa bermain bersama-sama dengan temannya membangun sesuatu.
Cara mendeteksi: Pertanyaan yang diajukan tidak lagi menggunakan kata tanya “apa”, tetapi sudah berkembang menjadi “mengapa”, contohnya “Ayah, mengapa ayam kalau dari jauh menjadi kecil?”. Anak juga cepat tanggap jika ada hal-hal yang bertentangan dengan apa yang sudah ibu-ayah ucapkan, “Kata Ibu, sebelum makan harus cuci tangan dulu, tapi kok Ayah boleh “.
Cara mendeteksi: hal ini tidak identik dengan membaca buku pelajaran setiap saat. Motivasi belajar adalah kemauan anak untuk mempelajari hal-hal baru yang dihadapinya. Hal ini erat kaitannya dengan kepercayaan dirinya. Anak yang mudah berkata ‘aku tidak bisa’ biasanya masih belum mempunyai self esteem yang baik.Orang Tua Wajib Tahu! Batas Usia Masuk TK A & B Tahun 2025 Sesuai Aturan Terbaru